Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Kali ini saya akan sedikit menyinggung tentang
dunia musang di indonesia, dengan kata lain disini saya akan mempublikasikan
bagaimana kehidupan musang dari mulai jenis musang, kebiasaan, bahkan alat
sebagai berbisnis.
Oke langsung saja, biar ga penasaran :D
Berikut adalah jenis-jenis Musang :
·
Habitat
Populasi musang air yang utama adalah di Semenanjung Thai-Malaya,
Sumatera, dan Kalimantan. Populasi lainnya, yang dikenali melalui sebuah
spesimen saja, terdapat di Vietnam utara (dengan kemungkinan - tetapi belum
dikonfirmasi - keberadaannya berdasarkan laporan-laporan pada wilayah yang
bersebelahan di Thailand dan Yunnan, Cina). Populasi dari spesies terakhir ini
kadang-kadang dianggap sebagai spesies yang terpisah, yang disebut musang lowe
(Lowe's Otter, C. lowei), yang dalam hal ini nama umum dari C.
bennettii kemudian dimodifikasi menjadi musang air sunda (Sunda Otter
Civet), sebagai referensi atas distribusinya yang sepenuhnya di Paparan
Sunda.
·
Adaptasi
Musang air memiliki beberapa bentuk adaptasi
terhadap habitatnya, antara lain mulut yang lebar dan kaki berselaput dengan
alas kaki telanjang dan cakar yang panjang. Moncong hewan ini berbentuk panjang
dan memiliki banyak kumis yang panjang pula.
Musang air adalah spesies nokturnal yang
memperoleh sebagian besar makanannya di air, yaitu ikan, kepiting, dan moluska
air tawar. Ia dapat pula memanjat pohon sehingga juga memangsa burung dan
buah-buahan. Mengingat kelangkaan dan kebiasaannya yang senang bersembunyi,
hewan ini termasuk kategori spesies-spesies yang kurang dipelajari. Ia termasuk
dalam daftar spesies terancam menurut IUCN.
2.
Musang rase, rase, atau musang bulan (Viverricula
malaccensis) adalah sejenis karnivora kecil dalam suku Viverridae. Hewan
ini menyebar luas di Asia Selatan dan Tenggara. Dikenal dalam bahasa Inggris
sebagai small Indian civet, spesies ini adalah satu-satunya anggota
marga Viverricula.
Musang bertubuh sedang, panjang kepala dan
tubuh 540–630 mm, sedangkan ekornya 300–430 mm. Ekornya ini berbelang-belang
dengan 6–9 cincin hitam dan putih, dengan ujung yang selalu berwarna putih.
Kakinya relatif pendek, 85–100 mm dari ‘tumit’ hingga ujung jari. Berat
tubuhnya antara 2–4 kg. Tubuh bagian atas kelabu kecokelatan hingga cokelat
pucat kekuningan, biasanya dengan beberapa garis hitam memanjang di
punggungnya, dan di bawahnya, beberapa deret memanjang bintik-bintik hitam di
sisi tubuhnya. Pada beberapa individu, pola garis-garis dan bintik-bintik itu
mengabur. Pola garis-garis di leher bervariasi; pada umumnya dua garis hitam di
masing-masing sisi leher, dari belakang telinga ke arah bahu, dan sering pula
satu lagi melintang di tenggorokan. Kaki cokelat atau hitam.
Musang rase menyebar luas mulai dari India (di
sebagian besar wilayah), Srilanka, Myanmar, Thailand, Vietnam, Tiongkok selatan
dan tengah, Hong Kong, sebagian besar Laos, dan Kamboja. Juga dikenal dari
Nepal, Bhutan, Bangladesh, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa dan Bali, namun
tak ada laporan baru mengenai keberadaannya di tempat-tempat tersebut. Status
keberadaannya di Singapura kini tidak jelas. Rase diintroduksi ke Madagaskar
- Ekologi dan Prilaku
Rase tercatat menghuni hutan-hutan luruh daun
dan hutan semi selalu-hijau, hutan luruh daun campuran, hutan bambu, hutan
belukar, padang rumput, serta wilayah riparian.
Tinggal dalam lubang-lubang di tanah, di bawah
bebatuan, atau di semak-semak yang lebat, hewan ini aktif di malam hari
(nokturnal), dan lebih banyak bergerak di atas tanah (terestrial). Sementara
itu penulis yang lain, misalnya Hodgson dan juga Kellaart, menyebutkan bahwa
rase biasa berkeliaran baik siang maupun malam hari. Musang rase memangsa aneka
jenis binatang kecil, termasuk tikus, burung, ular, buah, akar-akaran, dan
bangkai hewan lain; juga aneka jenis serangga. Kadang-kadang karnivora ini
mencuri ternak unggas untuk dimangsa.
Betina melahirkan empat atau lima anak sekali
waktu. Musang rase diketahui hidup hingga umur delapan atau sembilan tahun. Musang
rase acap diburu orang karena dianggap hama ternak. Musang ini juga diburu
untuk diambil minyaknya yang harum, yang dinamai dedes, jebat,
atau kesturi
Meskipun demikian, secara umum populasi hewan
ini belum dianggap terancam, karena wilayah sebarannya yang luas, variasi
habitatnya yang beragam, serta kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan
pertanian dan pedesaan. IUCN memasukkannya ke dalam status LC (Least Concern
), sementara CITES menempatkannya dalam Apendiks III. Sementara itu, di Myanmar
hewan ini dilindungi sepenuhnya berdasarkan Undang-undang Hidupan Liar 1994
3.
Musang
luwak adalah hewan menyusu (mamalia) yang
termasuk suku musang dan garangan (Viverridae). Nama ilmiahnya adalah Paradoxurus hermaphroditus dan di Malaysia dikenal sebagai musang pulut. Hewan ini juga dipanggil dengan berbagai sebutan lain seperti musang (nama umum, Betawi), careuh bulan (Sunda), luak atau luwak (Jawa), serta common palm civet, common musang, house musang atau toddy cat dalam bahasa Inggris.
Musang bertubuh sedang, dengan panjang total
sekitar 90 cm (termasuk ekor, sekitar 40 cm atau kurang). Abu-abu kecoklatan
dengan ekor hitam-coklat mulus. Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan
variasi dari warna tengguli (coklat merah tua) sampai kehijauan. Jalur di
punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak
begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-bintik besar.
Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Terdapat beberapa bintik samar di
sebelah tubuhnya. Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi
samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti
beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke
atas kepala. Hewan betina memiliki tiga pasang puting susu.
- Kebiasaaan
Musang luwak adalah salah satu jenis mamalia
liar yang kerap ditemui di sekitar pemukiman dan bahkan perkotaan. Hewan ini
amat pandai memanjat dan bersifat arboreal, lebih kerap berkeliaran di atas
pepohonan, meskipun tidak segan pula untuk turun ke tanah. Musang juga bersifat
nokturnal, aktif di malam hari untuk mencari makanan dan lain-lain aktivitas
hidupnya.
Dalam gelap malam tidak jarang musang luwak
terlihat berjalan di atas atap rumah, meniti kabel listrik untuk berpindah dari
satu bangunan ke lain bangunan, atau bahkan juga turun ke tanah di dekat dapur
rumah. Musang luwak juga menyukai hutan-hutan sekunder.
Musang ini kerap dituduh sebagai pencuri ayam,
walaupun tampaknya lebih sering memakan aneka buah-buahan di kebun dan
pekarangan. Termasuk di antaranya pepaya, pisang, dan buah pohon kayu afrika (Maesopsis
eminii). Mangsa yang lain adalah aneka serangga, moluska, cacing tanah,
kadal serta bermacam-macam hewan kecil lain yang bisa ditangkapnya, termasuk
mamalia kecil seperti tikus.
Di tempat-tempat yang biasa dilaluinya, di atas
batu atau tanah yang keras, seringkali didapati tumpukan kotoran musang dengan
aneka biji-bijian yang tidak tercerna di dalamnya. Agaknya pencernaan musang
ini begitu singkat dan sederhana, sehingga biji-biji itu keluar lagi dengan
utuh. Karena itu pulalah, konon musang luwak memilih buah yang betul-betul
masak untuk menjadi santapannya. Maka terkenal istilah kopi luwak dari
Jawa, yang menurut cerita dari mulut ke mulut diperoleh dari biji kopi hasil
pilihan musang luwak, dan telah mengalami ‘proses’ melalui pencernaannya!
Akan tetapi
sesungguhnya ada implikasi ekologis yang penting dari kebiasaan musang
tersebut. Jenis-jenis musang lalu dikenal sebagai pemencar biji yang baik dan
sangat penting peranannya dalam ekosistem hutan.
Pada siang hari
musang luwak tidur di lubang-lubang kayu, atau jika di perkotaan, di
ruang-ruang gelap di bawah atap. Hewan ini melahirkan 2-4 anak, yang diasuh
induk betina hingga mampu mencari makanan sendiri.
Sebagaimana
aneka kerabatnya dari Viverridae, musang luwak mengeluarkan semacam bau dari
kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum daun pandan,
namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan. Kemungkinan bau ini digunakan
untuk menandai batas-batas teritorinya, dan pada pihak lain untuk mengetahui
kehadiran hewan sejenisnya di wilayah jelajahnya.
- Jenis yang berkerabat dan penyebaran
Ada empat spesies musang dari marga Paradoxurus, yalah:
- Paradoxurus hermaphroditus, musang luwak, yang menyebar luas mulai dari India dan bagian utara Pakistan di barat, Sri Lanka, Bangladesh, Burma, Asia Tenggara, Tiongkok selatan, Semenanjung Malaya hingga ke Filipina. Di Indonesia didapati di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian selatan, serta Taliabu dan Seram di Maluku.
- Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka.
- Paradoxurus jerdoni, menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India selatan.
- Paradoxurus lignicolor, menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai.
- Jenis yang serupa
- Musang akar (Arctogalidia trivirgata), dengan ekor yang umumnya lebih panjang dari kepala dan tubuhnya, tiga garis punggung yang tanpa atau hampir tidak terputus, dan tidak memiliki bintik-bintik di sisi tubuhnya. Musang akar hidup di hutan.
- Musang galing (Paguma larvata), biasanya lebih kemerahan (tengguli), tanpa bintik-bintik di sisi tubuh, wajah putih kekuningan dengan ‘topeng’ gelap kehitaman di sekitar mata.
- Musang rase (Viverricula indica), ekor berbelang-belang sempurna, hitam putih, 6-9 buah.
4.
Binturung (Arctictis binturong) adalah sejenis musang bertubuh besar,
anggota suku Viverridae. Beberapa dialek Melayu menyebutnya binturong, menturung
atau menturun. Dalam bahasa Inggris, hewan ini disebut Binturong,
Malay Civet Cat, Asian Bearcat, Palawan Bearcat, atau
secara ringkas Bearcat. Barangkali karena karnivora berbulu hitam lebat
ini bertampang mirip beruang yang berekor panjang, sementara juga berkumis lebat
dan panjang seperti kucing (bear: beruang; cat: kucing).
Musang yang berekor besar panjang dan bertubuh
besar. Panjang kepala dan tubuh antara 60 – 95 cm, ditambah ekornya antara 50 –
90 cm. Beratnya sekitar 6 – 14 kg, bahkan sampai 20 kg. Berambut panjang dan
kasar, berwarna hitam seluruhnya atau kecoklatan, dengan taburan uban
keputih-putihan atau kemerahan. Pada masing-masing ujung telinga terdapat
seberkas rambut yang memanjang. Ekor berambut lebat dan panjang, terutama di
bagian mendekati pangkal, sehingga terkesan gemuk. Ekor ini dapat digunakan
untuk berpegangan pada dahan (prehensile tail), sebagai ‘kaki kelima’. Binturung
betina memiliki pseudo-penis alias penis palsu, suatu organ khas yang
langka ditemui.
- Kebiasaan dan Persebaran
Sebagaimana umumnya musang, binturung terutama
aktif di malam hari. Di atas pepohonan (arboreal) atau juga turun ke tanah
(terestrial). Kadang-kadang ada juga yang bangun dan aktif di siang hari.
Meski termasuk bangsa Carnivora, yang artinya
pemakan daging atau pemangsa, makanan binturung terutama adalah buah-buahan
masak di hutan, misalnya jenis-jenis ara (Ficus spp.). Hewan ini juga
memakan pucuk dan daun-daun tumbuhan, telur, dan hewan-hewan kecil semisal
burung dan hewan pengerat.
Pandai memanjat dan melompat dari dahan ke
dahan, binturung biasanya bergerak tanpa tergesa-gesa di atas pohon. Ekornya
digunakan untuk keseimbangan, atau kadang-kadang berpegangan manakala sedang
meraih makanannya di ujung rerantingan. Cakarnya berkuku tajam dan melengkung,
memungkinkannya untuk mencengkeram pepagan dengan kuat. Kaki belakangnya dapat
diputar ke belakang untuk memegang batang pohon, sehingga binturung dapat turun
dengan cepat dengan kepala lebih dulu.
Binturung mengeluarkan semacam bau, seperti
umumnya musang, dari kelenjar di bawah pangkal ekornya. Bau ini digunakan untuk
menandai wilayah kekuasaannya. Hewan betina melahirkan 2-6 anak, setelah
mengandung selama kurang lebih 91 hari.
Binturung menyukai hutan-hutan primer dan
sekunder, hanya kadang-kadang saja ditemukan di kebun di tepi hutan. Hewan ini
menyebar luas mulai dari dataran tinggi Sikkim hingga ke Tiongkok selatan,
Burma, Indochina, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Palawan.
Di desa-desa
pinggiran hutan, binturung sering dipelihara sebagai hewan kesayangan (pet).
Orang menangkapnya ketika hewan ini masih kecil dan membiasakannya dengan
kehidupan manusia. Dengan pemeliharaan yang baik, binturung dapat mencapai usia
20 tahun dalam tangkaran.
Sejalan dengan
berkembangnya perdagangan, binturung juga diperjual belikan di pasar-pasar
burung di kota. Selain itu, yang lebih mengancam kelestarian populasinya di
alam, binturung juga diburu untuk diambil kulitnya yang berbulu tebal, dan
untuk dimanfaatkan bagian-bagian tubuhnya sebagai bahan obat tradisional (jamu).
Ancaman lain
datang dari kerusakan lingkungan di hutan-hutan di wilayah tropis sebagai
akibat pembalakan yang serampangan. Hancurnya hutan mengakibatkan rusaknya
habitat binturung, sehingga populasinya di alam terus menurun. Kini binturung
termasuk hewan yang dikhawatirkan kelestariannya, dan dilindungi oleh
undang-undang negara Republik Indonesia.
5.
Linsang atau Linsang Asia adalah dua spesies yang diklasifikasikan
dalam subfamili Prionodontinae dalam famili Viverridae. Ada satu genus
Asia Tenggara, Prionodon.
Kedua genera
linsang (Prionodon dan Poiana dari Afrika) dahulu ditempatkan
dalam subfamili Viverrinae (dari Viverridae), bersama dengan beberapa genera
lainnya, tetapi penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa hubungan yang
sebenarnya mungkin sedikit berbeda. Para linsang luar biasa karena morfologi
mereka dengan kucing, keluarga Felidae, yang lebih besar dari pada viverrida
lainnya. Karena hubungan antara linsang dan kucing dianggap agak jauh (dua
kelompok keluarga yang berbeda dalam superfamili Feliformia), ini dianggap
sebagai contoh evolusi konvergen. Namun, analisis DNA menunjukkan bahwa
sementara linsang Afrika (Poiana) adalah viverrida sejati yang
berhubungan erat dengan genet, linsang Asia (Prionodon) tidak
berhubungan dan malah lebih mungkin merupakan kerabat terdekat keluarga Felidae
Kesamaan antara linsang Asia dengan kucing dengan demikian lebih mungkin
karena nenek moyang yang sama, sedangkan kesamaan antara dua genera linsang
semestinya konvergen.
Kata linsang
yang berasal dari Bahasa Jawa (linsang atau wlinsang), dahulunya sering salah
diterjemahkan sebagai otter (berang-berang) dalam kamus Bahasa Inggris.
Linsang aktif di malam hari, umumnya penghuni pohon soliter. Mereka adalah
karnivora, makan tupai dan binatang pengerat lainnya, burung kecil, kadal, dan
serangga. Biasanya berukuran sedikit lebih dari 30 cm (1 kaki), dengan ekor
yang panjangnya lebih dari dua kali lipat dari itu. Badan panjang, dengan kaki
pendek, memberikan penampilan yang rendah. Semua spesies memiliki tubuh
kekuningan dengan belang-belang hitam (garis-garis, bercak dan noda), meskipun
distribusi dan sifat belangnya bervariasi antar spesies.
Spesies linsang (linsang Asia):
- Prionodon linsang
- Prionodon pardicolor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar